Diajukan
untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa
Dosen pengampu:
Drs. Yudi Dirgantara, M.Pd
Adam Malik, M.Pd
Drs. Yudi Dirgantara, M.Pd
Adam Malik, M.Pd
Disusun Oleh:
Dita Sulastri 1211207021
Hana Hanifa H 1211207025
Luthfia Nur Rahmawati 1211207044
Dita Sulastri 1211207021
Hana Hanifa H 1211207025
Luthfia Nur Rahmawati 1211207044
PRODI PENDIDIKAN
FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan
syukur kami panjatkan hanya kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul: “Badai Guruh,
Siklon Tropis, El-nino La-nina dan Tornado”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas kelompok mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa.
Meskipun banyak kendala yang kami hadapi
dalam menyusun makalah ini, akan tetapi dengan kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan konstribusi berupa saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi kami sebagai penulis.
Bandung,...
Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Badai
adalah suatu gangguan pada atmosfer suatu planet, terutama yang mempengaruhi
permukaannya serta menunjukkan cuaca buruk. Badai dapat ditandai dengan angin
yang kencang (badai angin), petir dan kilat (badai guruh), curahan lebat
misalnya es (badai es) atau angin yang membawa suatu zat melalui atmosfer
(seperti badai pasir, badai salju, dan lain-lain). Badai dapat menyebabkan
runtuhnya bangunan, menenggelamkan kapal serta menumbangkan pohon, tiang
listrik, menara dan lain sebagainya. Salah satu bentuk badai yaitu Siklon
Tropis (Badai Tropis) dan Badai Guruh.
El
Nino dan La Nina adalah kondisi abnormal iklim pada area Samudra Pasifik yang
terletak pada daerah ekuatorial. Kedua gejala alam ini mempunyai kondisi
anomali yang berbeda, El Nino dicirikan
dengan naiknya suhu permukaan laut (warm phase) sedangkan La Nina
mempunyai kondisi yang sebaliknya yaitu
turunnya suhu permukaan air laut
(cold phase) pada area katulistiwa Samudra Pasifik.
Tornado
berasal dari Tronada (spanyol) , Tonare (latin), dan kerap dikenal dengan
istilah twister dan willy-willy. Dari definisinya tornado dapat diartikan
sebagai putaran yang kencang dari suatu kolom udara yang terbentuk dari awan
cumuliform yang telah menyentuh tanah, biasanya tampak sebagai corong awan
(funnel cloud) dan kerap disertai dengan badai angin dan hujan, petir atau batu
es.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya Badai
Guruh ?
2. Bagaimana proses terjadinya Siklon
Tropis ?
3. Bagaimana proses terjadinya El-Nino
?
4. Bagaimana proses terjadinya La-Nina
?
5. Bagaimana proses terjadinya Tornado
?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan
dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui proses
terjadinya Badai Guruh.
2. Untuk
mengetahui proses terjadinya Siklon Tropis.
3. Untuk
mengetahui proses terjadinya El-Nino.
4. Untuk
mengetahui proses terjadinya La-Nina.
5. Untuk
mengetahui proses terjadinya Tornado.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Badai Guruh
Badai Guruh atau Thunderstorm adalah hujan badai disertai
kilat dan halilintar. Kejadian ini adalah khas di daerah tropis pada musim
pancaroba, terutama pada masa peralihan musim kemarau memasuki musim penghujan.
Badai guruh dapat terjadi secara individu atau dalam kelompok sel-sel yang
dikaitkan dengan daerah konvergensi skala meso atau front skala sinoptik. Dalam
banyak hal badai guruh dapat menyebabkan banjir, angin kencang, bahaya batu es
hujan, bahaya petir dan dapat menyebabkan hilangnya nyawa manusia.
Badai guruh banyak
terjadi di daerah tropis dan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Badai
guruh termal atau konvektif (convective
or thermal thunderstorms). Badai ini disebabkan oleh pemanasan permukaan
dari radiasi matahari. Karakteristik badai ini adalah pertumbuhan cepat, daerah
kurang luas, hujan lebat (shower) local, arus udara ke bawah kuat dan angin
rebut (squalls) local, serta adanya resiko hujan es batu local dan petir.
Karena badai ini tumbuh dengan cepat maka peringatan dini sulit dilakukan.
b. Badai
guruh orografik (orographic thunderstorm).
Badai ini terjadi jika udara tidak stabil secara bersyarat atau konvektif naik
akibat pegunungan.
c.
Badai guruh yang dikaitkan dengan
gangguan tropis seperti badai tropis, monsun, gelombang timuran (easterly wave) dan sebagainya.
Thunderstorm biasanya
terjadi karena adanya awan-awan Cumulonimbus (Cb) yang memiliki ketebalan
sampai beberapa kilometer. Awan Cb ini bisa terdiri atas satu sel tunggal kecil
(single cell) seperti pada gambar 2, atau bisa juga berupa satu sel yang
sangat besar (super cell) seperti gambar 1, atau bisa juga terdiri atas
banyak sel besar dan kecil membentuk sebuah barisan dan dikenal sebagai squall
line.Awan Cb ini terjadi akibat adanya konveksi udara lembab yang kuat di
permukaan. Indonesia sebagai daerah tropis yang 70% nya terdiri atas lautan
merupakan tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan awan-awan ini.
Gambaran sekilas mengenai awan Cb ini bisa dilihat pada gambar 3. Pada
gambar ini juga diperlihatkan beberapa jenis awan lain, khususnya berdasarkan
ketinggian.
Gambar 1. Citra
temperatur puncak awan (TBB) dari MTSAT pada saat terjadi puting beliung di
Yogyakarta. TBB rendah menunjukkan awan yang tebal. (sumber :
weather.geoph.itb.ac.id
Gambar 2. Citra
temperatur puncak awan (TBB) dari MTSAT pada saat pesawat AdamAir mengalami hard
landing di bandara Juanda, Surabaya. TBB rendah menunjukkan awan yang
tebal. (sumber : weather.geoph.itb.ac.id)
Gambar 3. Perbandingan ketinggian awan Cb dengan awan lainnya. (sumber :
comet)
Awan Cumulonimbus adalah jenis awan cumulus dengan
ketebalan vertikal yang besar dan terdiri atas campuran kristal es di bagian
atas dan tetes air di bagian bawah. Karakteristik ini menyebabkan awan Cb akan
menurunkan hujan deras (shower) dalam waktu yang singkat. Namun, setelah
periode hujan deras hujan gerimis (drizzle) masih bisa terjadi dan bisa
terjadi sangat lama.Selain hujan deras, akibat terjadinya upward dan downward
yang kuat, awan ini juga sering menghasilkan kilat (lightning) dan guruh
(thunder) karena terbentuknya lapisan elektrik positif dan negatif dalam
awan. Cumulonimbus semacam inilah yang sering disebut badai guruh (thunderstorm).
Seperti disebutkan sebelumnya, thunderstorm bisa terjadi dalam sebuah awan
tunggal, baik yang radiusnya kecil (single cell) maupun yang radiusnya
besar (super cell). Tapi thunderstorm juga terjadi dalam kumpulan
beberapa sel awan (multi cell) dengan area presipitasi yang besar pula.
Konveksi sel tunggal umumnya dipicu oleh pemanasan yang kuat yang menyebabkan
massa udara naik dengan cepat dan kuat. Karena itu single cell Cumulonimbus
seringkali menimbulkan fenomena seperti puting beliung, atau tornado, dan juga
hujan sangat deras dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat. Awan Cb super
cell biasanya terlihat dari bawah seperti dinding yang dikenal sebagai wall
cloud (gambar 4). Sedangkan awan multi cell biasanya terbentuk
akibat adanya konvergensi skala besar di lapisan bawah. Karakteristik hujannya
mungkin tidak sederas single cell, namun bisa berlangsung sangat lama,
dalam orde harian bahkan mingguan. Selain itu juga menimbulkan penurunan suhu
yang sangat signifikan di daerah yang dilaluinya. Awan multi cell, atau
juga disebut MCS (Mesoscale Convective System), ini sulit diamati secara
langsung, sebab pandangan kita akan tertutup oleh awan yang sangat besar.
Biasanya fenomena ini diamati melalui satelit atau radar cuaca. Di Indonesia,
fenomena MCS ini sering terjadi di sekitar Sumatera bagian tengah, tapi juga
bisa terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia akibat adanya zona konvergensi
antar tropik (ITCZ – Inter Tropical Convergency Zone).
Gambar 4. Contoh awan Cumulonimbus sel tunggal yang sedang
terbentuk (atas). Sebuah super cell yang tampak dari bawah seperti
dinding awan yang sangat besar (wall cloud) (bawah). Awan seperti ini
perlu diwaspadai sebab kemungkinan besar menimbulkan badai. (Sumber :
wikipedia.org
Gambar 5. Model konseptual struktur awan Cumulonimbus (sumber : Houze, 1993).
Gambar 5 menunjukkan model konseptual struktur awan
Cumulonimbus menurut Houze,1993. Awan-awan dengan ciri seperti inilah yang
menimbulkan thunderstorm. Thunderstorm memiliki karakteristik updraft
dan downdraft yang kuat yang dicirikan dengan adanya udara naik dan
turun di dalam awan. Pengamatan fenomena ini hanya bisa dilakukan dengan
menggunakan radar dan sodar (sound radar). Gerakan vertikal yang kuat
dalam awan akan dikompensasikan dengan gerak horizontal di area sekitarnya,
baik di bagian atas maupun bagian bawah. Updraft yang sangat kuat bisa
memicu terjadinya tornado atau puting beliung di area bagian depan awan
(sebelah kiri di gambar 5). Sedangkan downdraft dari thunderstorm
bisa memperkuat aliran udara keluar dari area thunderstorm yang disebut gust
wind. Area batas dimana terjadi gust wind ini disebut gust front.
Gust wind ini sangat kencang dan berputar-putar, bahkan mampu
menumbangkan pohon (lampiran : skala Beaufort). Angin inilah yang sering
disalahartikan oleh masyarakat Indonesia dengan sebutan puting beliung. Padahal
puting beliung tidak terjadi bersamaan dengan hujan
B. Siklon Tropis
Siklon Tropis
(Tropical Cyclone) merupakan istilah dalam meteorologi untuk suatu daerah
bertekanan sangat rendah yang ditopang oleh angin yang berputar dengan
kecepatan lebih dari 118 km/jam. Dilihat dari atas, sikon tropis tampak seperti
pusaran awan yang bergerak dengan diameter ratusan kilometer.
Bagian tengah
siklon tropis disebut mata dengan diameter antara 10 hingga 100 kilometer dan
menjulang dengan ketinggian mencapai 12 – 15 km. Pada bagian mata ini, keadaan
cuacanya cerah dengan angin yang relatif tenang. Mata siklon tropis di
kelilingi oleh dinding mata berupa angin yang bergerak spiral dari bawah ke
atas dan dipenuhi awan-awan. Pada dinding mata ini keadaan cuaca sangat buruk
dengan hujan lebat, badai guruh serta tiupan angin sangat kencang.
1. Terbentuknya
Siklon Tropis
Siklon tropis terbentuk di atas laut
di daerah tropis. Beberapa kondisi yang menyebabkan siklon tropis terbentuk, diantaranya:
a.
Samudera atau laut yang luas dengan
suhu permukaan laut yang cukup panas, yaitu di atas 260 C.
b.
Siklon tropis tidak terbentuk di atas
daratan.
c.
Daerah tropis dengan lintang minimal
50 atau sekitar 500 km dari khatulistiwa.
d.
Sebelum terjadi siklon tropis di
suatu daerah, terdapat gangguan cuaca di daerah tersebut.
e.
Kelembapan udara pada permukaan
sampai ketinggian 6 km cukup besar.
f.
Kecepatan angin relatif tinggi.
Pembentukan siklon tropis terjadi
ketika:
a. Suhu permukaan laut yang panas (di atas 260 C ) menyebabkan
tekanan di atas permukaan laut tersebut menjadi rendah.
b. Adanya pusat bertekanan rendah ini menimbulkan angin yang bergerak dari
yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah tersebut.
c. Gaya Coriolis menyebabkan angin yang menuju daerah tekanan rendah
dibelokkan dan pada jarak tertentu angin tersebut naik ke atas secara spiral.
d. Udara basah yang terbawa oleh angin yang bergerak ke atas tersebut kemudian
berkondensasi (mengembun), membentuk awan sambil melepaskan panas laten.
e. Panas laten menyebabkan udara disekitarnya memuai dan terdorong keluar dari
pusat badai. Hal ini menyebabkan tekanan di lapisan bawah terus berkurang
sehingga angin bergerak masuk lebih cepat dan lebih banyak uap air yang
terbawa.
Siklus ini terus berulang membuat badai lebih hebat
sampai ada faktor yang membuatnya lemah.\
2. Fase
Pertumbuhan Siklon Tropis
Pembentukan siklon tropis mengalami beberapa tahap, yaitu depresi
tropis, badai tropis dan kemudian siklon tropis
Ø Depresi Tropis, terjadi jika angin di atas permukaan yang masuk berkecepatan
antara 37–63 km per jam (20-34 knot ) maka disebut depresi tropis. Bentuknya
belum mempunyai mata dan tidak berpilin.
Ø Badai Tropis, terjadi jika kecepatan angin terus meningkat mencapai antara
64-118 km per jam (35-64 knot) depresi tropis tumbuh menjadi badai tropis.
Bentuk sikloniknya (berpilin) sudah mulai terbentuk namun belum memiliki mata.
Ø Siklon Tropis, terjadi jika kecepatan angin mencapai lebih besar dari 118
km/jam (>64 knot), maka badai tropis tumbuh menjadi siklon tropis. Mata dan
pusaran angin sudah terbentuk.
1.
Depresi Tropis dilihat dari satelit.
(Sumber:http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/mtr/hurr/stages/td.rxml)
2.
Badai Tropis Charli di Texas.
(Sumber: http://ww2010.atmos.uiuc.edu/(Gh)/guides/mtr/hurr/stages/ts.rxml)
3.
Siklon Tropis Gafilo di Madagaskar.
(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Portal:Tropical_cyclones)
3. Penamaan
Siklon Tropis
Di tempat yang berbeda, siklon tropis dikenal dengan istilah yang berbeda. Di
samudera Hindia (Indonesia, India, Srilangka) dikenal sebagai “Siklon Tropis”
atau Badai Siklon. Di samudera Atlantik dan Pasifik sebelah timur (Amerika)
dikenal sebagai “Hurricane”. Di Samudera Pasifik Utara bagian Barat (Filipina,
Cina, Jepang) dikenal dengan istilah “Typhoon”.
Siklon tropis (Hurricane, Typhoon) yang terbentuk pada
suatu waktu di suatu tempat diberi nama untuk memudahkan mengingat dan mengenalnya. Sebagai contoh, nama-nama
siklon tropis yang terjadi di daerah samudera Hindia antara Indonesia-Australia
diberikan dalam Tabel 2. Siklon tropis yang terbentuk di samudera Atlantik, dan
di daerah lain diberi nama yang berbeda dari kelompok nama pada tabel ini.
Nama-nama Siklon
Tropis yang terbentuk di samudera Hindia antara Indonesia-Australia. (Sumber:
WMO pada http://www.wmo.ch/web/www/TCP/Storm-names.html)
Alex
Bessi Clancy Dianne Errol Fiona Graham Harriet Inigo Jana Ken Linda Monty Nicky Oscar Phoebe Raymond Sally Tim Vivienne Willy |
Adeline
Bertie Clare Daryl Emma Floyd Glenda Hubert Isobel Jacob Kara Lee Melanie Nicholas Ophelia Pancho Rosie Selwyn Tiffany Victor Zelia |
Alison
Billy Cathy Damien Ellie Frederic Gabrielle Hamish Ilsa Joseph Kirrily Leon Marcia Norman Olga Paul Robyn Sean Terri Vincent Walter |
Nama-nama tersebut dipakai berdasarkan abjad dan terus di ulang. Yaitu,
misalkan suatu waktu terbentuk siklon tropis dan diberi nama Alex, kemudian
terjadi lagi siklon tropis, siklon tropis ini diberi nama Bessi, kemudian
terjadi lagi siklon tropis diberi nama Clancy dan seterusnya sampai nama-nama
dalam tabel tersebut habis digunakan untuk kemudian kembali ke awal.
Jika suatu saat suatu siklon dengan nama tertentu dianggap sangat merusak, maka
nama siklon tersebut dihilangkan dari daftar dan diganti dengan nama lain yang
berawalan sama. Misalkan, Oscar terjadi sangat merusak, maka nama Oscar diganti
dengan nama lain yang berwalan “O”, bisa saja Obelix misalnya. Indonesia
melalui BMG (Badan Meteorologi dan Geofisika) telah dipercaya oleh WMO (Badan
Meteorologi Dunia) untuk memantau kejadian siklon tropis yang terbentuk di
samudera Hindia dan sekaligus diberi wewenang untuk memberi nama siklon tropis
– siklon tropis tersebut. Sehingga di tahun-tahun mendatang, nama-nama khas
Indonesia mungkin akan digunakan dalam penamaan siklon tropis yang terbentuk di
samudera Hindia.
4. Wilayah Terbentuknya Siklon
Tropis
Siklon tropis
terbentuk di lautan tropis. Wilayah pembentukan siklon tropis tersebut dibagi
menjadi 6 bagian, yaitu:
1) Samudera Atlantik Utara,
2) Samudera Pasifik Utara bagian Timur,
3) Samudera Pasifik Utara bagian Barat,
4) Samudera Hindia Utara,
5) Samudera Hindia Selatan bagian Barat,
6) Samudera Hindia Selatan bagian Timur
7) Samudera Pasifik Selatan bagian Barat.
5. Pelenyapan
Siklon Tropis
Siklon tropis
merupakan sistem yang besar terdiri dari angin, awan, dan badai guruh. Sumber
energi utamanya adalah panas laten yang dilepaskan oleh proses kondensasi
(pengembunan) uap air menjadi awan. Berkurangnya proses kondensasi dan panas
laten menyebabkan kekuatan siklon tropis melemah. Oleh karena itu, siklon
tropis dapat lenyap jika:
ü
Siklon tropis bergerak memasuki
daratan. Ketika memasuki daratan, pasokan uap air berkurang sehingga mengurangi
penguapan yang selanjutnya kondensasi dan panas laten ikut berkurang.
ü
Siklon tropis bergerak menjauhi
daerah tropis. Di luar tropis, suhu relatif lebih dingin sehingga proses
penguapan berkurang.
Dari mulai
pembentukannya, siklon tropis dapat terus hidup dari beberapa jam hingga dapat
bertahan sampai 2 minggu.
6. Akibat
Siklon Tropis
Walaupun siklon tropis terbentuk di lautan, namun
efeknya dapat mempengaruhi daratan. Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh
siklon tropis adalah:
Ø
Gelombang badai (Storm Surge)
berupa gelombang laut yang tinggi dengan ketinggian beberapa meter di atas
paras laut yang normal. Pada tahun 1970 di Bangladesh, terbentuk siklon Bhola
menyebabkan gelombang badai (storm surge) yang meyebabkan kematian 300.000
orang. Gelombang ini berbeda dengan gelombang tsunami.
Ø
Angin yang kencang yang dapat merusak
kendaraan, bangunan, jembatan atau objek di luar lainnya.
Ø
Hujan lebat disertai badai guruh yang
dapat menyebabkan banjir di wilayah-wilayah pemukiman penduduk.
Gelombang badai, angin yang merusak, hujan lebat dan
banjir pada akhirnya dapat menyebabkan orang kehilangan tempat tinggal, gagal panen, tercemarnya air bersih,
terganggunya arus transportasi di darat, laut, maupun udara, dan berhentinya
aktivitas nelayan. Hal tersebut menimbulkan banyak kerugian bagi masyarakat.
C. El-Nino dan La-Nina
El-nino
dan La-nina adalah dinamika atmosfir dan laut yang mempengaruhi cuaca disekitar
pasifik. El-nino merupakan salah satu bentuk penyimpangan iklim di samudera
pasifik yang di tandai dengan kenaikan suhu permukaan laut di daerah
katulistiwa di daerah tengah dan timur.
El-Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati
oleh para penduduk atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar
Samudera Pasifik bagian timur menjelang hari natal (Desember). Fenomena yang
teramati adalah meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya dingin. Fenomena
ini mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan (akibat adanya
upwelling atau arus naik permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar)
menjadi sebaliknya. Pemberian nama El-Nino pada fenomena ini disebabkan oleh
karena kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember. El-Nino (bahasa
Spanyol) sendiri dapat diartikan sebagai “anak lelaki”. Di kemudian hari para
ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut,
terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat
menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama
La-Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti “anak perempuan”.
Sebagai indikator untuk memantau kejadian El Nino, biasanya
digunakan data pengukuran suhu permukaan laut pada bujur 1700BB -
120°BB,
dan lintang 5°LS -
50 LU dimana anomali positif mengindikasikan terjadinya El Nino. dan
fenomena La Nina ditandai dengan menurunnya suhu permukaan laut pada bujur 1700BB-1200BB
dan pada lintang 5°LS -
50 LU dimana anomali negatif, sehingga sering juga disebut sebagai
fase dingin. Kedua fenomena di perairan pasifik ini memberikan dampak yang
signifikan bagi kehidupan manusia.
1.
Faktor Penyebab
a)
Anomali suhu
yang mencolok di perairan samudera pasifik.
b)
Melemahnya
angin passat (trade winds) di selatan pasifik yang menyebabkan pergerakan angin
jauh dari normal.
c)
Adanya
perbedaan arus laut di perairan samudera pasifik
2.
Proses
Terjadinya
Pada bulan desember, posisi matahari berada di titik balik selatan
bumi, sehingga daerang lintang selatan mengalami musim panas. Di Peru mengalami
musim panas dan arus laut dingin Humboldt tergantikan oleh arus laut panas.
Karena kuatnya penyinaran oleh sinar matahari perairan di pasifik tengah dan
timur, menyebabakan meningkatnya suhu dan kelembapan udara pada atmosfer.
Sehingga tekanan udara di pasifik tengah dan timur rendah, yang kemudian yang
diikuti awan-awan konvektif (awan yang terbentuk oleh penyinaran matahari yang
kuat). Sedangkan di bagian pasifik barat tekanan udaranya tinggi yaitu di
Indonesia (yang pada dasarnya dipengaruhi oleh angin musoon, angin passat dan
angin lokal. Akan tetapi pengaruh angin munsoon yang lebih kuat dari daratan
Asia), menyebabkan sulit terbentuknya awan. Karena sifat dari udara yang
bergerak dari tekanan udara tinggi ke tekanan udara rendah. Menyebabkan udara
dari pasifik barat bergerak ke pasifik tengah dan timur. Hal ini juga yang
menyebabkan awan konvektif di atas Indonesia bergeser ke pasifik tengah dan
timur.
Sedangkan La-Nina sebaliknya dari El-Nino, terjadi saat permukaan
laut di pasifik tengah dan timur suhunya lebih rendah dari biasanya pada
waktu-waktu tertentu. dan tekanan udara kawasan pasifik barat menurun yang
memungkinkan terbentuknya awan. Sehingga tekanan udara di pasifik tengah dan
timur tinggi, yang menghambat terbentuknya awan. Sedangkan di bagian pasifik
barat tekanan udaranya rendah yaitu di Indonesia yang memudahkan terbentuknya
awan cumulus nimbus, awan ini menimbulkan turun hujan lebat yang juga disertai
petir. Karena sifat dari udara yang bergerak dari tekanan udara tinggi ke
tekanan udara rendah. Menyebabkan udara dari pasifik tengah dan timur bergerak
ke pasifik barat.Hal ini juga yang menyebabkan awan konvektif di atas pasifik
ttengah dan timur bergeser ke pasifik barat.
Untuk sistem munson asia, sel tekanan tinggi terjadi pada atau
benua australia saat musimdigin di belahahn bumi selatan (jui-juli-agustus).
sebagai kontinen maritin tropis, wilayah indonesia dipengaruhi oleh pola-pola
varibiabilitas iklim regional bahkan global, yang cenderung berulang secara
periodik sekitar 5 tahunan misalnya El-nino
3.
Dampak dan
Pengaruh
a)
Pada Alam
Naiknya tekanan udara di pasifik tengah dan timur saat El Nino,
menyebabkan pembentukan awan yang intensif. Hal ini yang menjadikan curah hujan
yang tinggi di kawasan pasifik tengah dan timur. Sedangkan sebaliknya, di
daerah pasifik barat terjadi kekeringan yang jauh dari normal.
Turunnya tekanan udara di pasifik tengah dan timur saat La Nina,
menjadi hambatan terbentuknya awan di daerah ini, sehingga mengalami
kekeringan. Sedangkan sebaliknya, di daerah pasifik barat curah hujan sangat
tinggi. Hal ini menimbulkan banjir yang parah di Indonesia.
b)
Pada Manusia
Meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya dingin di perairan ,
mengakibatkan perairan yang tadinya
subur akan ikan menjadi sebaliknya. Hal ini menyebabkan nelayan
kesulitan mendapatkan ikan di perairan.
D. Tornado
a. Pengertian
Tornado
Secara etimologi Kata
“Tornado” diambil dari bahasa spanyol “Tronada” yang berarti badai petir. Kata
ini juga diambil dari bahasa latin “Tonare” yang berarti bergemuruh. Menurut
cerita, kata Tornado diambil dari kombinasi antara kata Tronada dan Tornar
dalam bahasa Spanyol. Di Samping itu, tornado sering juga disebut dengan
Twister. Tornado adalah suatu kolom
udara yang berputar dengan kencang yang timbul dari dasar awan comulunimbus
atau cumulus (dalam beberapa kejadian) dan sering (tidak selalu) tampak seperti
“corong awan”. Sebuah pusaran angin
dapat dianggap sebagai tornado jika pusaran angin tersebut menyentuh tanah dari
dasar awan comulunimbus.
Tornado muncul dalam
banyak bentuk, tetapi umumnya berbentuk corong kondensasi dengan ujung tornado
yang menyempit yang menyentuh tanah. Seringkali terdapat gumpalan-gumpalan awan
yang mengelilingi bagian tornado yang menyentuh atau hampir menyentuh tanah.
Ahli meteorologi belum menemukan cara yang mudah untuk mengklasifikasi dan
mendefinisikan tornado. Karena tidak ada perbedaan yang jelas antara mesosiklon
(sirkulasi badai guntur induk) di permukaan dengan tornado lemah yang besar.
Sebagian besar angin tornado memiliki kecepatan angin mencapai 110 mph (175
km/jam) atau lebih, dengan ketinggian kurang lebih 250 kaki (75 m) dan menempuh
jarak bermil-mil sebelum menghilang. Akan tetapi sebagaian besar angin tornado
dapat mencapai kecepatan lebih dari 300 mph (480 km/jam), yang jangkauan
anginnya lebih dari 1 mil (1,6 km) dan dapat melaju di permukaan tanah hingga
100 km.
Tornado umumnya terjadi
pada siang hingga sore hari (malam hari dalam beberapa kejadian). Di Amerika
Serikat tornado terjadi antara pukul 15 – 21. Meskipun angin tornado telah
diamati oleh para ilmuwan di setiap benua (kecuali Antartika), sebagian besar
angin tornado terjadi di Amerika Serikat. Di Amerika Serikat kebanyakan tornado
terjadi di Amerika, di Barat-Tengah wilayah Lorong Tornado (Tornado Alley) yang
meliputi kota-kota seperti Minneapolis, Sioux Falls, Denver, Kansas City,
Wichita,Oklahoma City, Amarillo, dan Dallas.
Kawasan-kawasan lain
yang umumnya terjadi angin tornado antara lain Kanada Selatan bagian tengan,
Afrika Selatan, Asia Timurdan Selatan bagian tengah , Amerika Selatan bagian
timur dan tengah, Eropa Tengah dan Barat Laut, Italia, Australia Barat dan
Tenggara, dan Selandia Baru. Di Indonesia, tornado lebih banyak terjadi
disekitar Sumatera dan Jawa.
1. Corong Kondensasi
Tornado tidak selalu
terlihat begitu jelas. Akan tetapi, tekanan pada bagian bawah yang disebabkan
oleh kecepatan angin yang tinggi dan kecepatan berputar tornado umumnya
menyebabkan uap air di udara mengembun menjadi corong kondensasi yang terlihat
jelas. Istilah tornado lebih mengarah kepada pusaran angin daripada kondensasi
awan. Dan ini disebabkan oleh perbedaan tekanan serta suhu udara yang drastis.
2. Corong Awan
Tornado tidak selalu
terlihat begitu jelas. Akan tetapi, tekanan pada bagian bawah yang disebabkan
oleh kecepatan angin yang tinggi dan kecepatan berputar tornado umumnya menyebabkan
uap air di udara mengembun menjadi corong kondensasi yang terlihat jelas.
Istilah tornado lebih mengarah kepada pusaran angin daripada kondensasi awan.
Dan ini disebabkan oleh perbedaan tekanan serta suhu udara yang drastis.
b. Jenis-jenis Tornado
ü Tornado
Lemah (Weak Tornado)
Tornado lemah umumnya
mencakup 88% dari jumlah keseluruhan kejadian tornado. Tronado dapat
dikategorikan lemah jika kecepatan angin kurang dari 112 mph. Tornado lemah
hanya terjadi dalam waktu singkat antara kurang dari 1 sampai 10 menit atau
lebih. Kematian yang diakibatkan tornado lemah kurang dari 5% dari keseluruhan
kematian yang disebabkan tornado. Kebanyakan tonado lemah memiliki ukuran kecil
(tetapi tidak semuanya). Tornado ini umumnya berskala F0 – F1.
ü Tornado
Kuat (Strong Tornado)
Tornado kuat mencakup
11% dari jumlah keseluruhan kejadian tornado. Kecepatan angin tornado kuat
antara 113 – 206 mph. Tornado kuat memikili durasi 20 menit atau bahkan lebih.
Kematian yang diakibatkan tornado ini mencakup 30% kematian dari keseluruhan.
Ukuran tornado ini umumnya tidak terlalu besar atau kurang lebih 10 m. Tornadi
jenis ini berskala F2 – F3.
ü Tornado
Sangat Kuat (Violent Tornado)
Tornado jenis ini
sangat jarang terjadi. Tornado kuat mencakup 1% dari jumlah keseluruhan kejadian
tornado. Kecepatan angin lebih dari 205 mph dalam beberapa kejadian kecepatan
anginnya mencapai 300 mph. Sekali terjadi tornado ini dapat terjadi cukup lama
melebihi 1 jam dan dapat melintasi bermil-mil sebelum menghilang. Walaupun
jarang terjadi, kematian yang diakibatkan tornado ini mencapai 70% kematian
dari keseluruhan. Skala tornado ini adalah yang paling besar yaitu F4 – F5.
Dr. T. Theodore Fujita
mengembangkan suatu metode untuk mengklasifikasikan tingkat kerusakan yang
dihasilkan oleh tornado. Metode ini dikenal dengan nama Skala Fujita dengan
deskripsi sebagai berikut :
Ø SkalaF0
Kecepatan (Mph) : <
73 Tingkat kerusakan : Ringan, beberapa kerusakan pada cerobong asap; dahan
pohon patah dan daun-daun tercabut; pohon-pohon berakar dangkal terdorong; papan-
papan penunjuk rusak dan roboh.
Ø SkalaF1
Kecepatan (Mph) : 73 -
112 Tingkat kerusakan : Sedang, atap rumah berhamburan; rumah semi-permanen
bergeser bahkan roboh; pohon besar tumbang; kaca yang tidak kuat pecah; seng dan
asbes beterbangan.
Ø SkalaF2
Kecepatan (Mph) : 113 –
157 Tingkat kerusakan : Signifikan, atap rumah dari kayu dan tanah liat
terbang; rumah semi-permanen roboh; mobil terbalik; pohon besar tercabut; misil
ringan terpicu; mobil terangkat dari permukaan tanah.
Ø SkalaF3
Kecepatan (Mph) : 158 –
206 Tingkat kerusakan : Berat, atap beterbangan dan dinding rumah permanen
rusak parah bahkan roboh; kereta api terbalik; sebagian besar pohon di hutan
tercabut; mobil besar terlempar dari permukaan tanah.
Ø SkalaF4
Kecepatan (Mph) : 207 –
260 Tingkat kerusakan : Hebat, rumah permanen porak poranda; bangunan dengan
pondasi semi-permanen tersapu; misil besar terpicu; mobil dan benda berat
lainnya terlempar beterbangan; semua pohon beterbangan.
Ø SkalaF5
Kecepatan (Mph) : 261 –
318 Tingkat kerusakan : Sangat hebat, rumah dengan kerangka yang baik
pondasinya tersapu; Misil berukuran besar beterbangan di udara hingga 100
meter; fenomena luar biasa lain akan muncul.
E. Ayat Al-quran
Siklon
Tropis dan Badai Guruh. Dua kejadian ini bermula dari putaran angin. Dalam
sebuah ayat Al Qur’an disebutkan sifat angin, yaitu : “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan
hujan dari langit lalu Kami beri minum kamu dengan air itu dan sekali kali
bukanlah kamu yang menyimpannya” (Al Qur’an, 15:22).
Dalam
ayat ini ditekankan bahwa fase pertama dalam pembentukan hujan adalah angin.
Hingga awal abad ke 20, satu-satunya hubungan antara angin dan hujan yang
diketahui hanyalah bahwa angin yang menggerakkan awan. Namun penemuan ilmu
meteorologi modern telah menunjukkan peran “mengawinkan” dari angin dalam
pembentukan hujan.
Fungsi
mengawinkan dari angin ini terjadi sebagaimana berikut:Di atas permukaan laut
dan samudera, gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya terbentuk akibat
pembentukan buih. Pada saat gelembung-gelembung ini pecah, ribuan partikel
kecil dengan diameter seperseratus milimeter, terlempar ke udara.
Partikel-partikel ini, yang dikenal sebagai aerosol, bercampur dengan debu
daratan yang terbawa oleh angin dan selanjutnya terbawa ke lapisan atas
atmosfer. . Partikel-partikel ini dibawa naik lebih tinggi ke atas oleh angin
dan bertemu dengan uap air di sana. Uap air mengembun di sekitar
partikel-partikel ini dan berubah menjadi butiran-butiran air. Butiran-butiran
air ini mula-mula berkumpul dan membentuk awan dan kemudian jatuh ke Bumi dalam
bentuk hujan. Sebagaimana terlihat, angin “mengawinkan” uap air yang melayang
di udara dengan partikel-partikel yang di bawanya dari laut dan akhirnya
membantu pembentukan awan hujan. Apabila angin tidak memiliki sifat ini,
butiran-butiran air di atmosfer bagian atas tidak akan pernah terbentuk dan
hujanpun tidak akan pernah terjadi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
thunderstorm bisa terjadi
dalam sebuah awan tunggal, baik yang radiusnya kecil (single cell)
maupun yang radiusnya besar (super cell). Tapi thunderstorm juga
terjadi dalam kumpulan beberapa sel awan (multi cell) dengan area
presipitasi yang besar pula. Konveksi sel tunggal umumnya dipicu oleh pemanasan
yang kuat yang menyebabkan massa udara naik dengan cepat dan kuat. Karena itu single
cell Cumulonimbus seringkali menimbulkan fenomena seperti puting beliung,
atau tornado, dan juga hujan sangat deras dengan intensitas tinggi dalam waktu
singkat. Awan Cb super cell biasanya terlihat dari bawah seperti dinding yang
dikenal sebagai wall cloud (gambar 4). Sedangkan awan multi cell
biasanya terbentuk akibat adanya konvergensi skala besar di lapisan bawah.
Karakteristik hujannya mungkin tidak sederas single cell, namun bisa
berlangsung sangat lama, dalam orde harian bahkan mingguan
Siklon Tropis
(Tropical Cyclone) merupakan istilah dalam meteorologi untuk suatu daerah
bertekanan sangat rendah yang ditopang oleh angin yang berputar dengan
kecepatan lebih dari 118 km/jam. Dilihat dari atas, sikon tropis tampak seperti
pusaran awan yang bergerak dengan diameter ratusan kilometer.
El-nino dan La-nina
adalah dinamika atmosfir dan laut yang mempengaruhi cuaca disekitar pasifik.
El-nino merupakan salah satu bentuk penyimpangan iklim di samudera pasifik yang
di tandai dengan kenaikan suhu permukaan laut di daerah katulistiwa di daerah
tengah dan timur.
Di
Peru mengalami musim panas dan arus laut dingin Humboldt tergantikan oleh arus
laut panas. Karena kuatnya penyinaran oleh sinar matahari perairan di pasifik
tengah dan timur, menyebabakan meningkatnya suhu dan kelembapan udara pada
atmosfer. Sehingga tekanan udara di pasifik tengah dan timur rendah, yang
kemudian yang diikuti awan-awan konvektif (awan yang terbentuk oleh penyinaran
matahari yang kuat). Sedangkan di bagian pasifik barat tekanan udaranya tinggi
yaitu di Indonesia (yang pada dasarnya dipengaruhi oleh angin musoon, angin
passat dan angin lokal. Akan tetapi pengaruh angin munsoon yang lebih kuat dari
daratan Asia), menyebabkan sulit terbentuknya awan. Karena sifat dari udara
yang bergerak dari tekanan udara tinggi ke tekanan udara rendah. Menyebabkan
udara dari pasifik barat bergerak ke pasifik tengah dan timur. Hal ini juga yang
menyebabkan awan konvektif di atas Indonesia bergeser ke pasifik tengah dan
timur.
La-Nina
sebaliknya dari El-Nino, terjadi saat permukaan laut di pasifik tengah dan
timur suhunya lebih rendah dari biasanya pada waktu-waktu tertentu. dan tekanan
udara kawasan pasifik barat menurun yang memungkinkan terbentuknya awan.
Sehingga tekanan udara di pasifik tengah dan timur tinggi, yang menghambat
terbentuknya awan. Sedangkan di bagian pasifik barat tekanan udaranya rendah
yaitu di Indonesia yang memudahkan terbentuknya awan cumulus nimbus, awan ini
menimbulkan turun hujan lebat yang juga disertai petir. Karena sifat dari udara
yang bergerak dari tekanan udara tinggi ke tekanan udara rendah. Menyebabkan
udara dari pasifik tengah dan timur bergerak ke pasifik barat.Hal ini juga yang
menyebabkan awan konvektif di atas pasifik ttengah dan timur bergeser ke
pasifik barat.
Tornado adalah suatu kolom udara yang berputar dengan
kencang yang timbul dari dasar awan comulunimbus atau cumulus (dalam beberapa
kejadian) dan sering (tidak selalu) tampak seperti “corong awan”. Sebuah pusaran angin dapat dianggap sebagai
tornado jika pusaran angin tersebut menyentuh tanah dari dasar awan
comulunimbus
B. Saran
Adapun saran untuk penulis makalah selanjutnya agar mencari
referensi yang lebih banyak dari berbagai sumber supaya mendapat lebih banyak
penjelasan mengenai materi-materi yang di bahas dan membuat para pembaca lebih
memahami isi makalah nya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2007.Badai
Guruh.(online). http://weather.meteo.itb.ac.id.(22.02.2014.20:11)
Bayong
Tjasyono. 2009. Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Triana,Muhamad
Akbar.20012.Bencana Alam : Badai guruh,
Siklon tropis dan gempa bumi.(online). http://ceritabumikita.blogspot.com/2012/09/bencana-alam-badai-guruh-siklon-tropis.html.(22.02.2014.20:10)
http://ojanmaulBlog.htm/Dampak El Nino dan La Nina Terhadap Indonesia
http://Kumpulan Materi.htm/El Nino dan La Nina.
http://Geograph88.htm/Fenomena El
Nino dan La Nina